Selasa, 30 Oktober 2012

Jangan Pernah Menyianyiakan Cintanya


Berikut ini adalah sebuah cerita yang sangat menarik untuk dibaca, untuk perenungan, betapa secara tidak kita sadari kita telah menyianyiakan orang yang telah menyayangi kita dengan tulus dari hatinya yang paling dalam..

Mohon maaf apabila ada kesamaan Nama, Tempat, Dsb. Cerita ini hanya sebagai perenungan semata. Mohon koreksinya Sob..

It's Time To Change...!!!  It's Time To Show Him/Her Our Love...!!!

Ian dan Lya sudah menikah lebih kurang selama 7 tahun. Akan tetapi ada satu hal yang ternyata tidak diketahui oleh Ian tentang Lya. Meskipun sejak awal mereka memang saling mencintai,  namun Lya juga menutupi rasa cintanya kepada Ian.

Alasan Lya melakukan hal tersebut sebenarnya simpel saja, Lya merasa takut apabila Ian mengetahui betapa besarnya rasa cintanya kepadanya, membuat Ian berubah dan meninggalkannya seperti kekasih-kekasihnya terdahulu yang meninggalkannya setelah mengetahui Ia mencintainya. Mungkin karena mereka sudah tidak merasa tertantang lagi untuk menaklukan hati Lya, karena Lya sudah berhasil ditundukkan.

Tapi hal tersebut tentu saja tidak begitu bagi Ian. Ian pasti tidak akan melakukan hal serendah itu kepada bidadari hatinya, tentu saja hal sebaliknyalah yang akan dilakukan Ian apabila Ia mengetahui bahwa Lya menyanyaginya sama seperti Ia menyayangi Lya.

Setiap hari Ian selalu menyatakan rasa cintanya kepada Lya yang begitu tulus dan terbuka. Dan itu semua tidak hanya diucapannya saja melainkan Ia tunjukan dengan sikapnya kepada Lya. Setiap Ian sedang berdua dengan sang pujaan hati, Ian selalu menunjukkan betapa besarnya rasa sayangnya kepada Lya, seolah-olah hari itu adalah hari terakhirnya bersama Lya.

Sementara Lya, tetap bersikap tidak menyenangkan terhadap Ian. Setiap saat pula Lya selalu mencoba untuk menguji berapa besar rasa cinta dan sayang Ian kepadanya.  Lya tidak segan-segan melakukan hal-hal yang diluar batas untuk menguji kesetiaan Ian. Meskipun Ia sadar bahwa perbuatannya salah, namun setelah melihat sikap Ian yang tetap Menyayanginya dan sabar menghadapinya, Lya bukannya berhenti melainkan bertambah semangat untuk membuktikan berapa besar kesungguhan Ian kepadanya.
Tahun pertama pernikahan Ian dan Lya.
Lya telat bangun untuk menyiapkan sarapan dan semua perlengkapan Ian untuk berangkat kerja. Ian hanya tersenyum melihat Lya yang sedang tertidur dengan lelap di sampingnya. Ian tidak berusaha membangunkan Lya, tapi Ia tersenyum sambil mencium kening Lya dan menyiapkan semuanya sendiri. Setelah Ia selesai dan siap untuk berangkat barulah Ian membangunkan Lya, karena Ia tidak sampai hati pergi tanpa sepengetahuan Lya. Dan juga Ia ingin melihat senyum manis dari Lya yang menjadi semangat hidupnya. Ketika Lya hendak menyiapkan sarapan, Ian mengatakan  "Tidak usah, Saya bisa sarapan di kantor Honey.."

Pada saat pulang kantor Ian sesegera mungkin untuk segera sampai di rumah, Ia menolak semua ajakan teman-teman kantornya untuk makan di luar. Ian hanya ingin makan dari hasil masakan Istri tercinta yang sudah menunggu di rumah.

Akan tetapi sesampainya di rumah, ternyata Lya tidak sengaja memasak masakan yang tidak disukai oleh Ian, ada sayur Terong, Kerang, dan beberapa masakan yang terbuat dari lemak seperti Cincang. Meskipun Lya tahu bahwa Ian tidak menyukai semua itu, tapi Lya tetap saja memaksa Ian untuk memakannya dan harus menyukai apa yang disukainya.

Ian pun tidak tega melihat Lya sedih karena Ia tidak memakan masakan Istrinya tersebut, Ian tidak ingin menyakiti perasaaan Lya, sekecil apapun rasa sakit itu. 

"Wah, sepertinya dapat tantangan baru nih sayang, sudah saatnya nih belajar menaklukan tantangan baru sayang. Sudah tidak sabar lagi nih ingin segera menghadapi tantangan ini. Kita makan bareng yuk.." Ucap Ian sambil tersenyum girang. Hal ini tentu saja membuat Lya terkejut, kok tiba-tiba Ian jadi semangat dan Lya pun tidak tahu harus ngomong apa.
Tidak ada salahnya dan tidak ada ruginya juga kita berubah menjadi seperti yang diinginkan oleh orang yang disayangi. Apalagi itu untuk kebaikan bersama.
Tetapi Tuhan tahu betapa malam-malam di saat Lya terlelap tidur Ian selalu memanjatkan do'a untuknya.

"Tuhan.. Di pagi pertama hari pernikahan kami Lya tidak membuatkanku sarapan, padahal Aku sangat ingin bercakap-cakap dengannya sambil sarapan sebelum berangkat ke kantor. Sambil membicarakan betapa indahnya hari ini, dan ingin rasanya hal ini terjadi tidak hanya di awal-awal pernikahan kami saja. Tapi tidak apa-apa Tuhan, mungkin memang kelelahan setelah beraktivitas seharian.

Tuhan, bantulah kekasih hatiku ini, jadikannlah Ia satu-satunya bidadari dunia akhiratku. Berilah Ia kekuatan untuk menghadapi hari-hari ini bersamaku. Tuhan, engkau tahu Aku tidak menyukai dan tidak pernah memakan masakannya seperti tadi sejak kecil, karena Alergi dan yang lainnya. Tapi sepertinya Lya sudah berusaha keras memasakkan masakan itu untukku. Mampukan Aku untuk menghargai setiap apa yang Ia berikan kepadaku. Jangan biarkan diriku menyakiti perasaannya meskipun itu tidak mengenakkan bagiku."
Tahun kedua pernikahan Ian dan Lya.
Ian membangunkan Lya dini hari untuk mengajaknya shalat tahajud, namun Lya menolak dan memilih untuk melanjutkan tidurnya.

Ian tersenyum dan seperti biasa, Ian lalu mengecup kening sang Istri tercinta dan melakukan shalat tahajud seorang diri.

Sepulang kantor Ian bermaksud ingin mengajak bernostalgia dengan mengajak Lya ke tempat dimana mereka pertama bertemu dan dimana mereka pernah berdua. Salah satunya kantin dimana dulu Ian makan lontong dan disana pulalah Ian bertemu Lya untuk pertama kalinya, dan beberapa tempat lainnya.

Akhirnya setelah sekin lama meminta, Lya pun mengiyakan ajakan Ian meskipun dengan sedikit terpaksa. Dan Lya pun menolak untuk digandeng oleh Ian dan berkata, "Jangan, Lya malu.." Ian tersenyum dan berkata, "Iya sayang, Aku tahu kok.." Sebenarnya Lya tahu kekecawaan yang dirasakan oleh Ian, akan tetapi Ia tetap tidak mau berusaha menghilangkan kekecawan Ian.

Walaupun demikian, Tuhan tahu bahwa di malam hari ketika Lya terlelap dalam tidurnya, Ian tetap mendo'akannya.

"Tuhan, ampuni semua dosa-dosaku yang tidak mampu membimbing Istri yang telah Engkau berikan dan telah Engkau amanahkan kepadaku untuk menjadi Istri yang Sholehah dan membawanya lebih dekat kepadaMu. Maafkan Aku yang tidak bisa mengajaknya bermunajat kepadamu di shalat malam, mungkin Dia sangat kecapean dan tidurnya kurang, ditambah lagi pikirannya yang sedang berat. Tapi Aku yakin besok Dia mau menemaniku datang kepadaMu.

Tuhan, Engkau juga tahu betapa kecewa dan sedihnya hatiku ketika Ia menolak saat Aku mencoba merangkulnya tadi saat Aku mengajaknya jalan-jalan. Tapi tidak apa-apa, mungkin karena Dia sedang datang bulan sehingga Dia menjadi lebih sensitif. Mampukan Aku untuk melihat suasana hati Istriku Tuhan."
Tahun Ketiga Pernikahan Ian dan Lya.
Kini mereka telah dikaruniakan seorang anak, seorang Ian Junior yang diberi nama Furqon.

Kini waktu Lya sudah berkurang untuk Ian, Lya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Furqon ketimbang dengan Suaminya. Dan Ia pun tidak lagi seperti dulu lagi, sekarang Lya tidak lagi datang disaat Ian memerlukannya. Ia pun sekarang sudah sering menolak ketika Ian ingin mengecup keningnya.

Lya sudah bisa berkata dengan nada tinggi kepada Ian. Pernah suatu hari Lya memarahi Ian sejadi-jadinya, ketika mengetahui Ian tidak mencuci tangannya ketika pulang dari kantor karena ingin menggendong Furqon. Tentu saja sikap Lya tersebut membuat Ian kecewa dan membuatnya terpukul. Akan tetapi karena tetap pada idealismenya dalam mendidik Furqon, Lya tidak mengabaikan perasaan Suaminya tersebut. Dan Ian pun tetap tersenyum kepada keduanya dan bergegas membersihkan diri.

Seperti biasa, Ian selalu memanjatkan do'anya untuk sang Istri tercinta di kala shalat malamnya.

"Tuhan, betapa engkau tahu hatiku sangat sedih saat ini. Semenjak kelahiran Furqon, Aku kehilangan begitu banyak waktuku bersama Lya. Aku merindukan saat-saat dimana Kami bisa bercanda tawa bersama setelah capek berkerja seharian di kantor. Dan Lya pun sudah sering menolak ajakanku dan bermesraan sebelum Ia tidur dipelukanku.

Tapi tidak apa-apa, mungkin karena Dia kecapean seharian mengasuh Furqon saat Aku berkerja di kantor.
Hanya saja, biarkanlah Ia tetap tertidur dipelukanku seperti biasanya. Karena betapa Aku menyayanginya Tuhan.

Sore tadi Lya memarahiku dengan nada Tinggi yang Aku sendiri saja tidak pernah melakukannya kepadanya karena Aku ingin menggendong Furqon karena lupa mencuci tangan pulang dari kantor. Padahal saat itu aku kangen dengan mereka, dan tidak mengabaikan rasa penat setelah berkerja seharian di kantor dan teledor dengan permintaan Istriku. Engkau tahu betapa Aku terluka dengan kata-katanya tadi. Tapi tidak apa-apa Tuhan, Lya pasti hanya takut dan khawatir akan kesehatan Furqon jika Aku menyentuhnya sepulang kerja. Kesehatan Furqon dan Istriku lebih berharga daripada harga diriku Tuhan. Aku menyayangi mereka Tuhan."
Tahun keempat pernikahan Ian dan Lya.
Lya tidak ingat lagi untuk memasakan makanan kesukaan Ian di hari ulang tahunnya. Lya terlalu sibuk berbelanja sehingga Ia lupa dengan permintaan Ian untuk membuatkan masakan kesukaannya di setiap hari ulang tahunnya.

Lya juga lupa menyetrikakan kemeja kantor Ian dan membuat Ian terlambat ke kantor karena Ian harus menyiapkan semua perlengkapan kantornya sendiri. Dan Lya sebenarnya tahu dengan kesalahannya itu, tapi Ia tetap saja seperti Lya yang dulu.

Akan tetapi Tuhan selalu tahu bahwa Ian tidak pernah menyalahkan Lya dan Ian tetap setia memanjatkan do'a untuk Istri tercinta di saat Lya tengah terlelap dalam tidurnya.

"Tuhan, untuk pertama kalinya Lya lupa memasakkan makanan kesukaanku di saat Aku ulang tahun ini. Padahal Aku sangat ingin memakan makanannya tersebut karena Aku sangat menyukai masakannya. Menikmati masakannya Adalah hal terindah yang pernah Aku rasakan dalam hidupku. Dan membuatku bersyukur karena Engkau telah mengkaruniakanku seorang Istri yang cantik dan pandai memasak seperti Lya dan merasakan cintanya kepadaku. Dan itu semua menjadikanku tidak punya alasan untuk mengingkari semua nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku. Namun, tahun ini Aku tidak mendapatinya Tuhan.

Tapi tidak apa-apa, mungkin banyak hal lain yang ebih penting dari sekesar Lya membuat makanan kesukaanku. Dan paling tidak Aku masih tetap bisa melihat senyum manisnya dan mendapatkan kecupan hangat darinya di hari ulang tahunku ini.

Ampuni Aku Tuhan, karena tadi lupa memberikan senyuman kepadanya karena Aku terburu-buru saat menyiapkan keperluan berangkat kerja karena Aku telat masuk kantor. Itu semua bukan salahnya Tuhan, meskipun Aku sudah mengingatkannya dengan memintanya sebelum peri tidut tadi malam. Lya hanya terlupa Tuhan. Jangan biarkan Aku melampiaskan emosiku kepadanya karena menerima tamparan dari atasan karena terlambat ke kantor tadi pagi Tuhan. Itu adalah urusan kantorku bukan kesalahan Istriku.

Aku yakin Lya salah menyetrika kemeja mana yang seharusnya Aku pakai ke kantor hari ini, Lya pasti lupa Tuhan. Karena Aku yakin Lya sudah berudaha keras menyiapkannya, buktinya saja sepatuku sudah mengkilap ketika Aku bangun tidur. Aku yakin Lya sudah memberikan yang terbaik untukku pagi tadi karea Lya pun pasti ingin melihatku menarik ketika melakukan presesntasi di kantor tadi. Terima kasih Tuhan, Engaku telah memberikan Istri yang sangat baik untukku. Dan terima kasih atas kebaikan Istriku kepadaku Tuhan."
Tahun kelima pernikahan Ian dan Lya.
Hari itu Lya menampar dan menyalahkan Ian ketika Furqon mendadak sakit sepulangnya mereka berenang. Saking ingin membuat Furqon senang, Ian sampai lupa bahwa Furqon sangat sensitif dengan dinginnya air kolam yang pada akhirnya membuat Furqon harus dirawat di Rumah Sakit.

Lya mengancam Ian akan meninggalkannya apabila terjadi sesuatu terhadap Furqon. Lya melihat dengan jelas airmata Ian meleleh, dan Dia tahu bahwa Ian bukanlah seorang laki-laki yang mudah mengeluarkan airmata. Namun pada saat mendengar dirinya akan meninggalkannya entah kenapa Ian menjadi seperti itu. Tapi tetap saja kekerasan hati Lya lebih menguasainya ketimbang perasaan hati Ian saat itu.

Ian tetap tidak pernah berhenti mendo'akan Istri tercintanya di shalat malamnya. Dan setelah Lya mengancamnya Ian langsung bergegas menuju Musholla yang ada di Rumah Sakit dan memanjatkan do'anya sambil menangis.

"Tuhan, Tadi Lya menamparku karena kelalaianku menjaga Furqon sehingga dia sakit.. Belum pernah Lya bersikap sekasar itu padaku, Tuhan.. Tapi tidak apa-apa, Lya benar-benar kuatir terhadap anak kami sehingga ia bersikap demikian.. Tapi Tuhan, aku begitu terluka saat ia mengatakan akan meninggalkanku. . Engkau tahu betapa ia adalah belahan jiwaku.. Jangan biarkan hal itu terjadi, Tuhan.. Mungkin dia begitu dikuasai kekuatiran sehingga melampiaskannya padaku.. Tidak apa-apa, Tuhan..Tidak apa-apa..Asal dia mendapat ketenangan, aku akan merasa bersyukur sekali.. Dan sembuhkanlah putera kami, Furqon agar
dia bisa kembali ceria dan bermain-main bersama kami lagi, Tuhan.. Jagakan Lya untukku Tuhan, Dia tetap kekasih hatiku."
Tahun keenam pernikahan Ian dan Lya.
Lya semakin menjaga jarak dengan Ian setelah kehadiran Shafa, puteri mereka.. Lya tidak pernah lagi menemani Ian makan malam karena menjaga puteri mereka yang baru berusia 5 bulan..
 
Lya juga menjual kalung pemberian Ian dan menggantinya dengan perhiasan lain yang lebih baru.. Ketika Ian mengetahui hal itu, Lya tahu Ian menahan amarahnya, namun Lya berdalih, "Bang, itu hanya kalung biasa.. Lagipula, aku bukan menjualnya, melainkan menukarnya dengan perhiasan yang lebih baru.."

Tetapi Tuhan tahu betapa malam-malam setelah Lya terlelap, Ian memanjatkan doanya..
"Tuhan, Aku begitu kesepian melewatkan makan malam sendirian tanpa Lya bersamaku... Aku begitu ingin terus bercerita dan tertawa bersamanya di meja makan.. Engkau tahu, itulah penghiburanku untuk melepas kepenatanku setelah seharian bekerja di kantor.. Tapi tidak apa-apa.. Shafa lebih membutuhkan perhatiannya daripadaku.. Lagipula, Furqon kadang-kadang mau menemaniku.. Hanya saja, jangan biarkan aku memendam sakit hati kepada Lya karena menjual kalung pemberianku. . Engkau tahu begitu lama aku menabung dan bekerja ekstra demi menghadiahinya kalung itu, hanya untuk membuktikan terima kasihku padanya atas kesetiaan dan pengabdiannya sebagai istriku dan ibu dari anak-anakku. .
Ampuni aku apabila tadi aku sempat berpikir untuk marah padanya.."
Tahun ketujuh pernikahan Ian dan Lya.
Lya sama sekali tidak mengindahkan kebiasaannya membelai kepala Ian dan mencium kening suaminya sebelum Ian berangkat kantor.. Padahal Lya tahu, selama ini apabila dia lupa melakukannya, Ian selalu kembali kerumah siang hari demi mendapatkan belaian dan ciuman Lya untuknya.. Karena Ian tidak akan pernah tenang bekerja apabila hal itu belum dilakukan Lya padanya.. Lya tidak mengucapkan I LOVE YOU untuk kali pertama dalam 7 tahun pernikahan mereka...

Dan di tahun ketujuh itu pula, Ian mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke kantor.. Ia mengalami pendarahan yang hebat, yang membuatnya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit..
 
Lya begitu terguncang dan terpukul.. Ia begitu takut kehilangan Ian, suami yang dicintainya. .Yang selalu ada kapan saja dia butuhkan.. Yang selalu dengan tersenyum menampung semua emosi dan kemarahannya. . Yang tak pernah berhenti mengatakan betapa Ian mencintainya. . Tak sedikitpun Lya beranjak dari sisi tempat tidur Ian.. Tangannya menggenggam erat jemari suaminya yang terbaring lemah tak sadarkan diri.. Bibirnya terus mengucapkan I LOVE YOU, karena ia ingat kalau ia belum mengatakan kalimat itu hari ini..
 
Karena begitu sedih dan lelah menunggui Ian, Lya tertidur.. Dalam tidurnya, Tuhan yang selama ini mendengar do'a Ian menugutus malaikat-malaikat yang selama ini ikut mendengar doa-doa Ian pada Tuhan membawa Lya melihat setiap malam yang Ian lewatkan untuk mendoakan Lya.. Ia menangis sedih melihat ketulusan dan rasa cinta yg besar dari Ian padanya.. Tak sedikitpun Ian menyalahkannya atas semua sikapnya yang tidak mempedulikan perasaan dan harga diri Ian selama ini.. Alih-alih demikian, Ian malahan menyalahkan dirinya sendiri.. Lya menangis menahan perasaannya. . Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Lya berdoa.

"Tuhan, ampuni aku yang selama ini menyia-nyiakan rasa cinta suamiku terhadapku.. Ampuni aku yang tidak memahami perasaan dan harga dirinya selama ini.. Beri aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku pada suamiku, Tuhan.. Beri aku kesempatan untuk meminta maaf dan melayaninya sebagai suami yang kucintai.."
 
Dan ketika Lya terbangun, Ia melihat pancaran kasih suaminya yang menatapnya dengan mesra..
"Kamu keliatan begitu lelah, sayang..Maafkan aku yang tidak berhati-hati menyetir sehingga keadaannya mesti jadi begini dan membuatmu kuatir.. Aku tidak konsentrasi saat menyetir karena memikirkan bahwa kau lupa mengatakan I LOVE YOU padaku..".. Belum selesai Ian berbicara, Lya lantas menangis keras dan  menghambur ke pelukan suaminya..

"Maafkan Lya, Bang.. Maafkan aku.. I LOVE YOU.. I really Love you.. Kaulah matahariku, Bang... Lya tidak bisa bertahan tanpamu.. Lya berjanji tidak akan pernah lupa lagi mengatakan betapa Lya mencintaimu. Lya berjanji tidak akan pernah mengabaikan perasaan dan harga dirimu lagi..I LOVE YOU, Bang.. I LOVE YOU…"

============================================

Berapa banyak diantara kita yg mengabaikan perasaan kekasih hati kita demi kepentingan diri kita sendiri? Jangan sampai terjadi sesuatu yang berat untuk kita lalui demi menyadari betapa berharganya orang-orang yang mengasihi kita...

Lebih dari itu, cinta yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa mengabaikan kepentingan diri dan perasaan demi menjaga dan menunjukkan cinta kepada pasangan. Yang menjadikan pasangan kita sebagai subjek untuk dikasihi dan dilayani, bukan sebaliknya...
Zie Zie-Anonymous Updated at: 13.33

Ditulis Oleh : Zie Anonymous: Berbagi tentang semua hal menarik di dunia

Artikel Jangan Pernah Menyianyiakan Cintanya ini diposting oleh Zie pada hari Selasa, 30 Oktober 2012. Thank's atas kunjungan dan waktu Anda untuk membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger Wordpress Gadgets